Kala itu baru saja opening siaran radio dan tiba-tiba mendapat telpon kalau Bapakku sakit dan masuk rumah sakit itu rasanya bagai disambar petir. Bapakku yang tak pernah menyentuh lantai rumah sakit, tiba-tiba sakit masuk RS. Bayanganku sudah sangat tak terkendali, meski ragaku di dalam studio namun hati dan pikiranku langsung dipenuhi oleh Bapakku.
Derai air mata pun tak tertahankan lagi olehku. Loh?!! lagi siaran kok nangis trus gimana siarannya?? kedengeran dong isak tangisnya?? hehehe itu dia yang mau ku ceritakan disini.
Jadi penyiar bagaimanapun suasana hatinya, bagaimanapun keadaannya tetap harus "smiling voice" suaranya harus tetap tersenyum. Bagaimana caranya tu?
Biasanya yang aku lakukan jika ketika suasana hati buruk, mata berderai air mata dan harus bicara cicit cuit depan mic adalah...
1. Aku usap semua airmata dengan tissue... (siapkan tissu sekotak yaa hahah)
2. 2 menit sebelum on mic (bicara depan mic) tarik nafas panjang
3. Tersenyum depan mic (meskipun mata sembab)
4. Bicaralahhhhh seceria mungkin, seolah tak terjadi apa-apa
5. Fokus memberikan info yang bermanfaat (supaya gak keceplosan curcol kegalauan)
Hahhaa meskipun nanti pas iklan diputar atau lagu diputar, nangis lagi... #Rapopo... Yang penting sudah profesional. Saatnya tugas- tugas, waktunya menangis menangis...
Dulu, saat masih SMA dan tinggal di asrama pelajar, setiap semester aku mendapatkan beasiswa Rp.200.000. Dengan penuh perjuangan aku ngempet alias menahan diri untuk tidak menggunakan uang itu dan memaksa diriku untuk menyimpannya saja. Selepas SMA tentu aku ingin langsung kuliah. Tapi melihat kondisi orang tua tak memungkinkan aku masuk kuliah tahun itu juga.
Akupun utarakan niat ingin kuliah segera, kepada
Bapak.
“Bapaaak… (sambil glendotan) aku pengen daftar kuliah di Jogjaaaa”
“Iyaaaa pasti noohhh,, anak bapak sing ayu dewee…
nunggu ya kalau bapak dapat rejeki langsung daftar”
“Gak usah nunggu ada rejeki.. ini sudah ada uang buat daftar dan bayar
SPP kalau aku lulus seleksi nanti..”
Meski cukup kaget, Bapak akhirnya merestui aku pergi kuliah ke Jogjakarta, urusan biaya makan dan kos nanti akan aku usahakan sendiri. Alhamdulillah empat tahun lebih sedikit aku pun bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude. inilah keNEKATan ku for the first time.
Coba aku gak nekat nabungin uang beasiswa ku waktu SMA? dan memilih untuk menggunakan uang beasiswa itu untuk jajan, untuk shopping dan lain-lain, aku tidak bakal bisa daftar kuliah.
Coba aku gak nekat nabungin uang beasiswa ku waktu SMA? dan memilih untuk menggunakan uang beasiswa itu untuk jajan, untuk shopping dan lain-lain, aku tidak bakal bisa daftar kuliah.
Alhamdulillah sebelum wisuda aku sudah diterima bekerja di salah satu stasiun Radio di Yogyakarta. Gajinya bisa dibilang enak untuk ukuran pekerjaan yang sangat enak. #lohmaksudepiye? Ya pokoknya cukuplah buat memenuhi kebutuhanku sendiri.
Tapi…………………………………………
Awal tahun 2014 lalu, Bapak sakit dan harus dirawat di Rumah sakit beberapa kali hingga harus menjalani sebuah operasi. Perawatan di Rumah sakit dan biaya operasi bukanlah angka yang sedikit. Sedangkan Bapak dan ibu tak lagi bekerja karena usianya yang sudah senja.
Semua pembayaran dan pembiayaan perawatan Bapak di tanggung oleh ketiga kakakku. Pada pembayaran rumah sakit terakhir, kami
kekurangan dana dan sudah tidak tau harus membayar dengan apa lagi. Aku sendiri tak bisa berbuat apa-apa? Berapa
sih gajiku?? Tidak ada apa-apanya.
Sejak saat itu aku baru sadar, bahwa hidup tidak hanya untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, tapi orang-orang di sekitar juga membutuhkan aku.
Sejak saat itu aku baru sadar, bahwa hidup tidak hanya untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, tapi orang-orang di sekitar juga membutuhkan aku.
Mungkin bulek (tante) tau keadaan kami. Tiba-tiba bulekku datang dan memberikan dana 10 juta.
“Ini lho nak, kalau kurang pakai
uang bulek saja…”
“Loh bulek… banyak banget ini, bulek
enggak njual apa-apa kan?”
“enggak usah khawatir, itu dana
pensiunnya bulek sama paklekmu”
Aku hanya menjadi saksi bisu ketika Bulek
ku memberikan bantuan dari dana pensiunnya kepada kakakku guna melunasi
pembayaran rumah sakit. Paklek dan Bulek ku itu dahulu memang
bekerja sebagai PNS maka tak heran jika di usia senjanya masih sejahtera. Dalam
hati berkata “enak sekali ya sudah tidak kerja tapi masih punya uang
sebanyak itu”.
Tahun 2006 merupakan awal tahun aku kuliah, mungkin akulah
satu-satunya orang yang paling merasa HP itu tidak penting dan tidak punya
keinginan memiliki HP sama sekali. (gaya banget ya) Teman-teman kuliah sering
sekali meminta no tlp ku, tapi PD aja aku jawab “Gak punya HP” aih mereka pada
gak percaya, ya sudahlah….
Kenapa aku sama sekali gak pengen punya HP?? Soalnya itu hal
yang tidak mungkin bagiku. Bisa kuliah aja syukur, meskipun untuk makan aku
harus mencari uang sendiri dari mengajar TPA di masjid. So dari pada kecewa
berharap mimpi punya HP, aku memilih untuk membunuh keinginan punya HP.
Beberapa masalahku akan koneksi internet adalah……..
Wifian di Kafe Bikin Bokek. Dulu, aku senang sekali wifian di kafe tempat anak muda biasa nongkrong. Yah, sekedar buat nulis postingan blog, surfing, browsing dan lain-lain. Alasannya simpel, karena di kafe itu internetnya kenceng gak bikin pusing. Tapi lama-lama bikin kantong kering, tekor juga ya, meskipun hotspotnya gratis, makanan dan minumannya kan bayar, mahal lagi. #maklum ya aku bukan anak juragan, makan aja nyari duit sendiri so kudu irit# hehehe
Kalau lagi bokek. Aku punya lokasi lain yaitu ke Perpustakaan Kota Yogyakarta, soalnya di sana gratis-tis tis dan bebas mau ampe jam 24.00 WIB juga boleh. Tapi masalahnya pengunjungnya booooooo membludak dan itu membuat internet jadi lemot akut. Maklum di kota pelajar kalau ada yang namanya gratisan pasti langsung diserbu.
Gak bisa lagi andalin modem. Jujur saja, aku sudah tak bisa lagi mengandalkan modem, jaringan yang lemot malah bikin aku pusing. Kalau pakai modem juga langganannya bulanan, padahal aku tidak tiap hari pakai internet, kalau gak dipakai kan mubadzir dan sangat menguras dompet.
Intinya aku itu pengen koneksi internet yang murah, bisa dipakai sesuai kebutuhan tapi kencengnya maksimal.
Intinya aku itu pengen koneksi internet yang murah, bisa dipakai sesuai kebutuhan tapi kencengnya maksimal.
Hingga suatu saat sebuah pencerahan pun datang. Kebetulan di kantor tempat aku bekerja menggunakan jaringan internet dari Speedy. Kalau lagi jam kerja, aku gak bisa nyambi online, gak bisa nyambi ngeblog. Bisa berabe kalau ketauan Managerku. Sampai suatu saat setelah jam kerja aku gak pulang dulu, aku masih di kantor buka laptop lalu konek internet. Nyempatin buat bikin postingan blog dan aktifitas lainnya.