Tak akan pernah terlupakan oleh aku kejadian gempa tahun 2006 di Yogyakarta. Saat itu adalah pagi pertama aku berada di kota pelajar . Pesiapan diri untuk memasuki bangku kuliah. Tapi, betapa naasnya, saat kakakku pergi mencari nasi gudeg buat sarapan, semua seisi kamar bergoyang, berjatuhan dan porak poranda. Semua keluar dari kos-kos an. Aku tak tau harus memanggil siapa, yang ada hanya menyebut Asma Nya.
Entah kakakku selamat atau tidak aku tidak tau. Aku tak bisa menghubunginya karena tahun 2006 aku baru saja lulus dari Madrasah Aliyah dan pesantren jadi belum memiliki ponsel. Berjam-jam aku menunggu kakakku tak kunjung datang. Aku hanya bisa menangis dan menahan takut sambil melihat ke penjuru mata memandang.